Sabtu, 03 Desember 2011

love, the unready feeling

Ketika cinta berbicara kebisuan, yang tersisa adalah duka
Menggelayut manja di tepian batin
Mengorek dalam perihal kesedihan
Ketika cinta melihat kemegahan, yang nyata adalah silau yang memecah kegelapan
Nada gelisah selalu hadir saat pupusan harapan terbanting
Merangkak merintih dihempas lara

Optimalisasi Transportasi Publik di Yogyakarta-TA JURNAL

Yogyakarta adalah kota pelajar. Ya, siapa yang tidak mengenalnya? Tentu saja yang namanya kota pelajar pasti terdapat banyak pelajar. Namun, apa jadinya jika transportasi umum di Yogyakarta bernilai kurang maksimal bagi pelajar. Seringkali kita melihat kondisi bus kota dan angkot kecil yang mengenaskan, misalnya jok penumpang yang sudah robek, pegangan bus yang sudah berkarat dan pengapnya udara, juga bau lapuk besi tua. Adanya Trans Jogja (TJ)  sedikit membantu trasnportasi pelajar. Dikatakan hanya sedikit karena Trans Jogja belum menjangkau seluruh daerah-daerah di Yogya dan berhenti hanya di halte TJ. Padahal banyak kawasan pelosok yang terdapat pelajar dan masih membutuhkan sarana transportasi umum untuk bepergian.
Waktu pagi hari saat akan berangkat sekolah, sering tertangkap mata banyak siswa SMP dan SMA yang menunggu angkot kecil lewat, adapula yang harus berjalan jauh untuk mencapai sisi kota yang pasti dilewati bus kota. Walaupun mayoritas siswa SMA di Yogya telah mengendarai motor ataupun mobil ke sekolah, namun hal ini justru meningkatkan kepadatan jalan di pagi hari. Apalagi pelajar yang mungkin terpaksa mengendarai motor karena malas menunggu bus atau angkot yang datangnya lama yang dapat menyebabkan terlambat sekolah. Berdasarkan pengalaman, ada beberapa orang yang kurang nyaman berada di kendaraan umum seperti bus kota. Mereka mengeluhkan ketidaknyamanan ketika cuaca sedang hujan atau panas, apalagi jika ada banyak penumpang dengan kuota bus yang sedikit, menyebabkan berdesak-desakan antar penumpang. Selain itu, masalah keamanan yang diragukan menyebabkan tak jarang maraknya kasus copet dan gendam di angkutan umum.
Pernahkah terbesit di pikiran kita bahwa semakin terbatasnya jumlah transportasi umum di kota yang cenderung padat penduduk dapat menyebabkan anak sekolah yang belum memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi) terpaksa mengendarai motor untuk bepergian. Selain itu, apabila komunitas pelajar mengemudikan motor di pagi hari dapat menyebabkan polusi asap knalpot, walaupun ada juga yang menaiki sepeda namun itu hanya minoritas yang terlihat.
Mengupas masalah fasilitas umum khususnya alat trasnportasi di Yogyakarta memang tidak ada habisnya. Untuk mengoptimalkan transportasi umum di Yogyakarta dapat dilakukan dengan memperluas jalur bus kota dan angkot kecil ke instansi pendidikan dan fasilitas umum, memperbaiki kualitas keamanan, kebersihan, dan fisik angkutan umum di mata masyarakat dan pelajar, serta memaksimalkan kinerjanya.