Minggu, 19 Juni 2011

Batas

Bulan tenggelam, tinggal setengah yang dapat tertangkap mata.
Sama halnya seperti aku kepadamu, hanya dapat mengulik satu sisi dari mu.
Seperti hal nya besi, yang kuat atas apapun. 
Namun terlalu lama ia digunakan maka berkarat dan tak berguna.
Mungkin inilah rasanya aku. 
Berada selalu denganmu, namun abstrak.
Tak pernah kau sempatkan untuk tahu keberadaanku.
Untuk pertama kalinya aku berharap separah ini.
Untuk apa mengagumi yang tak pasti.
Hidup mengalun lembut dan gemulai, semua rasa.
Biru, indah.
Tak pernah aku inginkan punya rasa seperti ini.
Rasa belati yang sakti dan gagah namun sewaktu-waktu dapat membunuh.
Kenangan digulung oleh waktu.
Yang terkadang menghadirkan rindu.
Bahagia dan perih bersamaan.
Bebas dan terikat bersamaan.
Bersamaan tidak selalu bersama.
Rasa ini datang dan pergi tanpa lelah.
Membujuk waktu agar terhenti dan berhenti di saat yang tepat.
Namun apa kata batas?
Selalu menghalangi dan menanamkan perbedaan.
Tajam dan berliku.
Dingin dan putih.
Apa ini harapan setiap naluri manusia?
Tujuan dan arahku hilang.
Fokusku tetap satu. 
Dirimu.
Hingga yang lain berkorban, tanpa kenal henti.
Mata, hati, jiwa, raga.
Adakah penghujam batas?
Agar dia tak kembali.
Agar dia mati.
Agar aku saja yang nampak, yang hidup, yang ada dalam jangkauan mata hatimu.
Agar aku bisa lari dari fakta.

1 komentar: