Jumat, 24 Juni 2011

Pak Agus Dwiyono

"mau SMA mana?"
"kalo nggak 6 ya 5 pak"
"ooo, la rumahmu dimana?"
"deket bandara pak, saptohudoyo"
"oo, belakangnya?"
"iya pak saptohudoyo ke utara"
"berapa rumah dari situ?"
"sekitar 7 pak"
"sama tanah yang mau di keruk itu?"
"iya pak depannya, itu kan mau di buat perumahan"
"mmmmm sama rumahnya . . .siapa yang AURI"
"ooh, pak Wuryanto pak? Itu mah tetangga saya pak :))"
"oh pak wuryanto itu, rumahmu sebelah mananya?"
"sampingnya persis kok pak"
"mm iyaiya dulu jualan mie ayam ya?
"iya paak, mie ayam bangka sama sup buah"
"walah, saya dua minggu yang lalu disitu, rumahnya pak wuryanto sampe jam setengah satu malem"
"oo yato pak?"
"iya.. wah kapan-kapan bapak maen nih ya?"
"iya pak hehehehe boleh kok paak hehe"

-------------------------------------------------------------------------------------

"dunia itu sempit ya pak..."
"he?..."
"iya paak, guruku temennya tetanggaku"
"iya... hehe"

--------------------------------------------------------------------------------------

Kami ngobrol banyak, tentang kepindahanku dari madiun, nanya ibu kerja dimana. Beliau sangat hangat. Aku jadi malu sama diriku sendiri, karena aku pernah punya statement beliau itu guru killer di sekolah. Waktu kelas 7 dan 8 aku sempet kaget atas cara ngajar dia yang super kuno. Dihapalin se-bab, langsung maju. Kadang suruh ngerangkum per-bab sama bikin pertanyaan 20 (soal-jawab). Aku sampe malah sempet sakit karena gak kuat--under pressure. Aku ngga nyangka, kalo bukan karena ketegasan beliau sewaktu mengajar, tidak akan kudapatkan nilai tertinggi untuk mata pelajaran PKn di rapot ku kelas 9. Aku dapet 95! :D
Aku jadi sayang sama beliau, sepertinya beliau pun juga. Khusus aku yang harus salaman 10 kali ngitung! Hahaha padahal yang mau ngantri salim ada banyak--nggak hanya ada aku. Aku sampe pernah benci sama dia, selalu takut, gemeter, dan nerveous kalo pas pelajarannya beliau. Cara beliau ngajar kita emang paling beda. Kalau beliau masuk kelas...  tuk tuk (dodok meja) "SLAMAT PAGII PAAAAK", "yak slamat pagi". Secara spontan kita langsung ngambilin sampah di laci meja atau dibawah, pokoknya harus higienis. Terus keluar buang sampah-cuci tangan-ngerapiin seragam. Atribut sekolah harus lengkap. Pake sepatu harus hitam. Lengkap deh penderitaan kami kalo diajar beliau. Tapi ternyata pengakuanku salah besar. Beliau baik dan ramah. Hanya ketika dia masuk kelas, semua dingin. Tapi setelahnya, semua sama. Anak -anak ribut, pecicilan. Semua murid pasti hormat sama beliau. Ini nyata, aku bener-bener lucu deh ngerasanya. Yang dulu aku benci, sekarang aku malah jadi suka, dan beruntungnya belia begitu dekat dan mengenalku. Aku berharap beliau selalu mendoakan untuk kesuksesanku :)

Foto profil facebook (maaf ya pak nggak bilang :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar