Minggu, 05 Juni 2011

Sebuah Opini

"Andaikan saja, Tuhan memberi kita sepenuhnya rezeki ya nak.... ibu pasti akan membelikan kamu susu setiap hari. YaAllah jangan biarkan anakku kelaparan..."
Itulah hal yang sering kita jumpai di kehidupan nyata saat ini. Seorang ibu yang rela berteduhkan topi, menegadahkan tangan dan meringkih minta uang untuk beli susu. Bagaimana ia bisa bahagia di usia yang sudah mulai ringkih dan lemah. Bagaimana ia bisa tenang jikalau di rumah anaknya hanya ingin minum, minum, dan minum. Disaat Tuhan menciptakan uang, semua di rampas oleh orang-orang rakus yang tak selalu menjadikan harta sebagai dewa, padahal di sisi lain ada hati seorang ibu yang ibgin menghidupi putra putrinya. Ketika seorang anak ditanya, "Apa cita-cita mu nak?" kebanyakan anak menjawab dokter. Tapi, pernahkah kau bertanya itu pada anak penjual loper koran? Apakah dia tak berpikir dua kali untuk mengatakannya? Itulah jiwa anak-anak, yang selalu ingin menjadi orang yang berguna. Ketika saya berada di Jakarta , sungguh mengerikan. Ironi. Saya bertanya dalam hati, bagaimana bisa rumah dari kardus itu berdiri kuat dengan kokohnya di pinggir rel? Apa yang mereka rasakan ketika deru kereta api menggetarkan tanah tempat mereka istirahat? Apakah takut? Ataukah sudah menjadi kebiasaan? Sejak itulah muncul keinginan saya untuk bisa menjabarkan sekaligus memberi perhatian lebih terhadap para ibu yang harus banting tulang demi membeli susu formula untuk buah hatinya. Suatu hari nanti, saya ingin bisa membagi kebahagiaan yang diberikan Tuhan kepada saya. Dengan cara mendirikan sebuah lembaga dimana anak-anak bisa mendapatkan pendidikan yang layak untuk masa depan mereka sendiri. Karena dari dulu saya menyukai anak-anak, ingin mengasuh anak yang butuh perhatian khusus, dan ingin menjadi tempat pemulihan jiwa anak-anak. Bagaimanapun juga anak adalah harapan, dan dia pula yang akan menggantikan generasi bangsa. Saya berharap, saya bisa membentuk forum mengenai masalah sosial pada anak. Karena saya juga masih anak-anak, saya bisa merasakan pergolakan hati mereka. Ketika anak orang kaya sakit, langsung di bawa ke
dokter, diberi obat. Sedangkan jika mereka yang kurang mampu? Hanya bisa memohon keajaiban pada Tuhan agar anak-anak mereka tak pernah sakit. Sungguh inikah yang disebut keadilan? Saya pikir jika kita bisa menghapuskan kemiskinan menjadi kesederhanaan, akan ada berjuta-juta anak berpendidikan yang mampu memegang teguh persamaan dan meniadakan kesenjangan sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar